SOLAS – Safety Regulation on Non-Convention Vessel in Indonesia

Maritime-based tourism in Indonesia has been subject of interest amongst domestic and international tourist alike. Especially an ‘island-hopping’ tourism by using traditional vessel called ‘Phinisi’ that can sail on the coastal area of Indonesian archipelago. The increasing number of using traditional vessel also increase a number of growing concerns regarding the safety of voyage for utilizing ‘Phinisi’ vessel.

The ‘Phinisi’ vessel is classified as a non-conventional vessel due to the ‘Phinisi’ vessel is made out of wood material and weighed below 500 Gross Tonnage (“GT”), thus the ‘Phinisi’ vessel is not subject to provisions of Safety of Life at Sea convention 1974 (“SOLAS”). Nowadays, Indonesia continues to issue policies and regulations to support non-convention vessels that can attract tourism, create jobs, and bring many economic benefits.

Please see our Update regarding this regulation in English (here).

Kebijakan Keselamatan pada Kapal Non-Konvensi di Indonesia

Pariwisata berbasis maritim di Indonesia telah menjadi minat yang menarik di kalangan wisatawan domestik dan internasional. Terutama wisata ‘island-hopping‘ dengan menggunakan kapal tradisional bernama ‘Phinisi’ yang bisa berlayar di kawasan pesisir kepulauan Indonesia. Meningkatnya jumlah penggunaan kapal tradisional juga meningkatkan perhatian yang berkembang mengenai keselamatan pelayaran untuk menggunakan kapal ‘Phinisi’.

Kapal ‘Phinisi’ digolongkan sebagai kapal non-konvensikarena kapal ‘Phinisi’ terbuat dari bahan kayu dan memilliki berat di bawah 500 Gross Tonnage (“GT”), sehingga kapal ‘Phinisi’ tidak tunduk pada ketentuan Safety of Life at Sea convention 1974 (“SOLAS”). Saat ini, Indonesia terus mengeluarkan kebijakan dan peraturan untuk mendukung kapal non-konvensi yang dapat menarik pariwisata, menciptakan lapangan kerja, dan membawa banyak manfaat ekonomi.

Mohon untuk melihat Update kami atas peraturan ini dalam Bahasa Inggris (di sini).